Selasa, 22 Februari 2011

HAKIKAT DISEBALIK TASAWWUF

Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An Nisaa'(4):69)
Bagi orang yang belum mengenal apa itu Ilmu Tasawwuf atau Sufi tentu akan merasa asing untuk keduanya, karena tidak tahu orang cendrung untuk menjauhi atau enggan untuk mempelajarinya bahkan sampai mengejeknya. Hal ini serupa dengan awal kedatangan Islam tempo dulu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.: "Permulaan Islam ini asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang dianggap asing (orang-orang Islam)." HR. Muslim dari Abi Hurairah.


Kaum Sufi bukanlah sekelompok aliran bid'ah yang ajarannya masih saja diperdebatkan, namun dalam memahami Ilmu kesufian hati perlu benar-benar bersih dan jeli untuk menangkap doktrin-doktrin yang diajarkan dalam sufi itu sendiri dengan catatan tidak melenceng dari Islam. Tanpa didampingi ilmu sebagai manusia terlalu gampang untuk mencoreng, mencela dan berprasangka buruk terhadap sesama. Dalam sebuah hadits Nabi Saw.: "Hati-hatilah kalian terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu merupakan perkataan yang paling dusta." HR. Bukhari & Muslim.


Tasawuf adalah segi batin dari agama. Segi lahirnya biasanya disebut syari'ah, yang terutama berisi hukum-hukum keagamaan formal, mengenai apa yang seorang beragama harus lakukan, dan apa yang dilarang. Tasawuf di samping memberi segi batin dari aspek formal keagamaan itu, juga memberi visi mengenai arti hidup beragama. Ibn al-Arabi seorang filsuf mistik paling terkemuka, membagi empat tingkat praktek dalam memahami tasawuf, yaitu (1) syari'ah (segi esoterik hukum-hukum agama), thariqah (sebagai jalan mistik), haqiqah (mengenai kebenaran), dan ma'rifah (gnosis, pengalaman kesatuan dengan Yang Ilahi).

Dalam keberagamaan tasawuf ini, pengertian yang mendalam mengenai "jalan hati" (the path of heart)-yang tidak lain adalah "jalan kepada cinta, the path to
love-mendapat perhatian, sehingga segi-segi psikologi-spiritual menjadi begitu penting dalam jalan ini, khususnya dalam mencapai tingkat kedirian (nafs) yang dari sini kita bisa sampai pada pengalaman kesatuan dengan yang Ilahi itu (yang disebut ihsan, yaitu "seolah-olah kita melihat Tuhan, kalaupun tidak, kita tahu bahwa Tuhan melihat kita").

Ilmu kesufian atau Ilmu Tasawwuf adalah ilmu yang didasari oleh Al-Qur'an dan Hadits dengan tujuan utamanya amar ma'ruf nahi munkar. Sejak jaman sahabat Nabi Saw. tanda-tanda sufi dan ilmu kesufian sudah ada, namun nama sufi dan ilmu tersebut belum muncul, sebagaimana ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Hadits, Ilmu Kalam, Ilmu Tafsir, Ilmu Fiqh dan lain sebagainya. Barulah pada tahun 150 H atau abad ke-8 M Ilmu Sufi atau Ilmu Tasawwuf ini berdiri sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang bersifat Keruhanian. Kontribusi Ilmu Tasawwuf ini banyak dibukukan oleh kalangan orang-orang Sufi sendiri seperti Hasan al-Basri, Abu Hasyim Shufi al-Kufi, al-Hallaj bin Muhammad al-Baidhawi, Sufyan ibn Sa'id ats-Tsauri, Abu Sulaiman ad-Darani, Abu Hafs al-Haddad, Sahl at-Tustari, al-Qusyairi, ad-Dailami, Yusuf ibn Asybat, Basyir al-Haris, as-Suhrawardi, Ain Qudhat al-Hamadhani dan masih banyak yang lainnya hingga kini terus berkembang.

Dalam praktek realisasi ilmu Sufi khusunya tempo dulu, mutasawwif (orang Sufi) memerlukan adaptasi yang amat sangat ketat. Hal ini agar mampu untuk menarik orang-orang yang belum masuk muslim dengan jalan tanpa kekerasan dan paksaan, dengan kata lain berdakwah yang tidak keluar dari tujuan utama yang membuktikan akan cintanya kepada Maha Pencipta yakni Allah SWT. Disisi lain orang-orang sufi menjauhkan diri dari hal keduniaan yang dapat menghijab antara hamba-Nya dengan Allah Swt dalam beribadah. Disinilah Sufi mulai mengembangkan metode-metode bagaimana cara untuk membersihkan jiwa, pembinaan lahir batin, berdzikir, mendekatkan diri pada Allah, membangun jiwa mulia dalam mengenal Allah atau ber-ma'rifat, selain itu berintrospeksi diri siapa diri ini sebenarnya, sesuai dengan hadits Nabi Saw. "Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu" (Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya)".


Jelas bahwa Ilmu Tasawwuf dan Sufi adalah merupakan salah satu ilmu dalam Agama Islam yang sangat halus dan mendalam yang mampu menembus alam batin serta sulit sekali untuk di ilmiahkan dan diterangkan secara kongkrit. Hal ini bukan berarti tidak dapat dibuktikan secara ilmiah namun seseorang yang memiliki kebersihan hati dan kecerdasan yang luar biasa yang mampu mecahkannya. Sebab "Al-Islaamu 'ilmiyyun wa 'amaliyyun" (Islam adalah ilmiah dan amaliah) HR. Bukhari. Karena halusanya ilmu ini persoalan-persoalan didalamnya bagi orang awam dapat menimbulkan khilafiyah (perbedaan) dan pertentangan-pertentangan. Tapi inilah keindahan Islam berlomba dalam kebaikan selama tidak menyimpang dari aturan Islam.


Dalam kitab Ta'yad Al-Haqiqtul 'Aliyya hal. 57, salah seorang ulama Fiqh dan Ahli Tafsir Jalaluddin as-Suyuti mengatakan: "Tasawwuf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid'ah". Sedangkan Al-Junaid seorang pimpinan tokoh Sufi Mazhab Moderat yang berasal dari Baghdad menyatakan tentang ilmu kesufian dalam syairnya: "Ilmu Sufi (Tasawwuf) adalah benar-benar ilmu, yang tidak seorang pun dapat memperolehnya; Kecuali dia yang dikarunia kecerdasan alami, dan berbakat untuk memahaminya. Tak seorang pun dapat berpura menjadi Sufi, kecuali dia yang melihat rahasia nuraninya."


Ilmu Tasawwuf dan Sufi adakalanya orang mencap sebagai ilmu kolot, ketinggalan jaman, usang, out of date, bahkan disebut aneh. Akan tetapi di balik itu semua bahwa Ilmu Tasawwuf memiliki kekuatan yang sungguh luar biasa untuk lebih mengenal Tuhan serta membangun mental dan akhlak yang mulia. Yang perlu diperhatikan kenapa orang dapat menjadi sesat dan madlarat dalam mempelajari dan mengamalkan Ilmu Tasawwuf. Sehingga ia menjadi orang yang apatis atau mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat dan keluarga, meninggalkan keduniaan yang padahal di dunia ini adalah sebagai ladang amal dalam berbuat kebajikan untuk bekal di hari kemudian. Hal demikian dapat terjadi kesesatan pada diri seseorang dengan mempelajari ilmu Tasawwuf tetapi tanpa didampingi dengan Ilmu Kalam (Ushuluddin) dan Ilmu Fiqh. 


Menurut Imam Malik ra. (94-179 H/716-795 M) menyatakan: "Man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawwuf tanpa fiqh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqh tanpa tasawwuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawwuf dan fiqh dia meraih kebenaran)." Dengan demikian bahwa Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Fiqh umpama dua jemari yang tak dapat dipisahkan, dan tidak untuk diabaikan dimana keduanya sama-sama penting suatu perpaduan antara akal dan hati. 


Jadi dengan Ilmu Kalam (Ushuluddin) atau Ilmu Tauhid, bahwa Allah SWT. itu ada dan mempercayainya sebagai Tuhan yang wajib disembah. Ilmu Kalam ini adalah Ilmu pokok-pokok kepercayaan dalam Agma Islam. Selain itu pula untuk menghindari dari kemusyrikan serta memperkuat akan Tauhidullah sebagai Esensi Aqidah Islam. Ilmu Fiqh, pemahaman tentang syariat-syariat Islam berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah yang merupakan lautan ilmu yang meluas secara horizontal. Sedangkan dalam Ilmu Tasawwuf adalah mengatur kesempurnaan hubungan dengan Allah dan juga sebagai ilmu yang mampu menembus vertikal kedalam. Dengan mempelajari ketiganya maka akan kuatlah Iman, Islam dan Ihsan kita yang merupakan kesempurnaan dalam Islam, sebagai wujud mempelajari Ilmu Tauhid, Fiqh dan Tasawwuf.


Cintanya orang orang-orang Sufi terhadap Tuhan, bagi mereka adalah suatu kenikmatan tersendiri dalam bertasawwuf, cara ini mampu membersihkan jiwa akan penyakit-penyakit hati (bathiniyah). Tapi penyelewengan dalam dunia Sufi pun dapat saja terjadi seperti halnya al-Hallaj yang mengakuinya dirinya sebagai Allah, dengan teorinya wahdat al-wujud atau pantheisme (Penyatuan Wujud) dan teori al-Hulul atau penitisan (Penjelmaan Tuhan dalam diri Manusia). Perkataan dan perbuatan al-Hallaj ini membuat marah para ahli Kalam (Tauhid), Fiqh dan masyarakat Islam, sehingga ia di hukum mati pada tahun 309 H. Di Indonesia dulu terjadi penyimpangan oleh seorang Waliyullah yaitu Syeikh Siti Jennar yang mirip dengan teori al-Hallaj, ia di hukum mati oleh mahkamah para Wali di Jawa. Namun hanya Allah-lah Yang Maha Tahu akan maksud dan hati seseorang.  

Isnin, 21 Februari 2011

APAKAH TASAWWUF??? PEMAHAMAN SERTA KEPERLUANNYA KEPADA INSAN

Pendapat KH Siradjuddin Abbas, dalam buku beliau “40 Masalah Agama” Jilid 3, hal 30.


  • Ilmu Tasawuf adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam utama, yaitu ilmu Tauhid (Usuluddin), ilmu Fiqih dan  ilmu Tasawuf.
  • Ilmu Tauhid untuk bertugas membahas soal-soal i’tiqad, seperti i’tiqad mengenai keTuhanan, keRasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya .
  • Ilmu Fiqih bertugas membahas soal-soal ibadat lahir, seperti sholat, puasa, zakat, naik haji dan lain
  • Ilmu Tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
Ringkasnya: tauhid ta’luk kepada i’tiqad, fiqih ta’luk kepada ibadat, dan tasawuf ta’kluk kepada akhlak Kepada setiap orang Islam dianjurkan supaya beri’tiqad sebagaimana yang diatur dalam ilmu tauhid (usuluddin), supaya beribadat sebagaimana yang diatur dalam ilmu fiqih dan supaya berakhlak sesuai dengan ilmu tasawuf.

Agama kita meliputi 3 (tiga) unsur terpenting yaitu, Islam, Iman dan Ihsan 

Sebuah hadits menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,

“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” 
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”
Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” 
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.”
Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” 
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.
Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).”
Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.

Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)


Tentang Islam kita dapat temukan dalam ilmu fiqih, sasarannya syari’at lahir, umpanya, sholat, puasa, zakat, naik haji, perdagangan, perkawinan, peradilan, peperangan, perdamaian sebagainya.

Tentang Iman kita dapat temukan dalam ilmu tauhid (usuluddin), sasarannya  i’tiqad (akidah / kepercayaan), umpamanya bagaimana kita (keyakinan dalam hati) terhadap Tuhan, Malaikat-Malaikat,  Rasul-Rasul, Kitab-kitab suci, kampung akhirat, hari bangkit, surga, neraka, qada dan qadar (takdir).


Tentang Ihsan kita dapat temukan dalam ilmu tasauf, sasarannya akhlak, budi pekerti, bathin yang bersih, bagaimana menghadapi Tuhan, bagaimana muraqabah dengan Tuhan, bagaimana membuang kotoran yang melengket dalam hati yang mendinding (hijab) kita dengan Tuhan, bagaimana Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Inilah yang dinamakan sekarang dengan Tasawuf.

Setiap Muslim harus mengetahui 3 (tiga) unsur ini sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya dan memegang serta mengamalkannya sehari-hari.

Pelajarilah ketiga ilmu itu dengan guru-guru, dari buku-buku, tulisan  atau dalam jama’ah / manhaj / metode / jalan.
Waspadalah jika jama’ah / manhaj / metode / jalan yang “menolak” salah satu dari ketiga ilmu itu karena itu memungkinkan ketidak sempurnaan hasil yang akan dicapai.
Ilmu Tasawuf itu  tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan bahkan Qur’an dan Sunnah Nabi itulah yang menjadi sumbernya.
Andaikata ada kelihatan orang-orang Tasawuf yang menyalahi syari’at, umpamanya ia tidak sholat, tidak sholat jum’at ke mesjid atau sholat tidak berpakaian, makan siang hari pada bulan puasa, maka itu bukanlah orang Tasawuf dan jangan kita dengarkan ocehannya.

Berkata Imam Abu Yazid al Busthami yang artinya, “Kalau kamu melihat seseorang yang diberi keramat sampai ia terbang di udara, jangan kamu tertarik kepadanya, kecuali kalau ia melaksanakan suruhan agama dan menghentikan larangan agama dan membayarkan sekalian kewajiban syari’at
Pendapat syaikh  Abu Al Hasan Asy-Syadzili, ” Jika pendapat atau temuanmu bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, maka tetaplah berpegang dengan hal-hal yang ada pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian engkau tidak akan menerima resiko dalam penemuanmu, sebab dalam masalah seperti itu tidak ada ilham atau musyahadah, kecuali setelah bersesuaian dengan Al-Qur’an dan Hadits“.

Jadi syarat untuk mendalami ilmu Tasawuf (tentang Ihsan) terlebih dahulu harus mengetahui ilmu fiqih (tentang Islam) dan ilmu tauhid / usuluddin (tentang Iman).
Dengan ketiga ilmu itu kita mengharapkan meningkat derajat/kualitas ketaqwaan kita.
Mulai sebagai muslim menjadi mukmin dan kemudian muhsin atau yang kita ketahui sebagai implementasi Islam, Iman dan Ihsan.

Orang-orang yang paham dan mengamalkan ilmu Tasawuf dikenal dengan nama orang sufi.
Syekh Abu al-Abbas r.a mengatakan bahwa orang-orang berbeda pendapat tentang asal kata sufi. Ada yang berpendapat bahwa kata itu berkaitan dengan kata shuf (bulu domba atau kain wol) karena pakaian orang-orang shaleh terbuat dari wol. Ada pula yang berpendapat bahwa kata sufi berasal dari shuffah, yaitu teras masjid Rasulullah saw. yang didiami para ahli shuffah.
Menurutnya kedua definisi ini tidak tepat.

Syekh mengatakan bahwa kata sufi dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia. Maksudnya, shafahu Allah, yakni Allah menyucikannya sehingga ia menjadi seorang sufi. Dari situlah kata sufi berasal.

Lebih lanjut Syekh Abu al Abbas r.a. mengatakan bahwa kata sufi (al-shufi)
terbentuk dari empat huruf: shad, waw, fa, dan ya.
Huruf shad berarti shabruhu (kebesarannya), shidquhu (kejujuran), dan shafa’uhu(kesuciannya)
Huruf waw berarti wajduhu (kerinduannya), wudduhu (cintanya), dan wafa’uhu(kesetiaannya)
Huruf fa’ berarti fadquhu (kehilangannya), faqruhu (kepapaannya), dan fana’uhu(kefanaannya).
Huruf ya’ adalah huruf nisbat.

Apabila semua sifat itu telah sempurna pada diri seseorang, ia layak untuk menghadap ke hadirat Tuhannya.
Kaum sufi telah menyerahkan kendali mereka pada Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya. Karenanya, Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.

Firman Allah ta’ala yang artinya: ”...Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki” (QS An-Nuur:21)
Firman Allah yang artinya,

[38:46] Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.

[38:47] Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. 
(QS Shaad [38]:46-47) 

Ahad, 20 Februari 2011

SYIAH KIAN TERSASAR, MENJADI SATU ANCAMAN...

SEDUTAN AKHBAR…


ALOR SETAR - Fahaman Syiah di Kedah kini berada pada tahap membimbangkan dan perlu dibendung demi mengekalkan kesejahteraan ummah. Penerima anugerah Tokoh Pendakwah Negeri Kedah, Profesor Madya Dr Abdul Aziz Hanafi berkata, fahaman itu kini sudah menular ke beberapa kawasan di negeri ini dan tidak menolak kemungkinan ia merebak ke seluruh Kedah sekiranya tiada tindakan pencegahan diambil.

Menurutnya, mereka yang mengamalkan ajaran Syiah dianggap sebagai ekstremis agama kerana ia menggalakkan perasaan benci terhadap pengikut Ahli Sunnah Wal Jamaah. “Pada masa sama, pengikut ajaran Syiah bersifat militan dan bersedia mengancam nyawa sesiapa sahaja yang cuba menghalang mereka daripada melaksanakan aktiviti atau amalannya”.

“Berdasarkan maklumat yang diperoleh, Syiah kini sudah bertapak di Pendang, Guar Chempedak, Sik serta Lubuk Kawah dan saya tidak menolak kemungkinan ia akan tersebar lebih meluas ke seluruh Kedah,” katanya sewaktu dihubungi Sinar Harian di sini semalam.

Abdul Aziz yang juga Ahli Jawatankuasa Fatwa Negeri Kedah berkata, pemimpin ajaran Syiah juga sering bermulut manis di hadapan pengikut Ahli Sunnah Wal Jamaah, namun menghasut ahlinya untuk membenci ahli Sunnah dalam setiap pertemuan yang diadakan.

Menurutnya, terdapat beberapa tanda yang menunjukkan kegiatan Syiah di negara ini semakin bersifat radikal dan memberi ancaman kepada masyarakat Islam di Malaysia.

Ini termasuk tindakan beberapa pengikutnya yang mencederakan badan sendiri menggunakan senjata semata-mata untuk memperingati kematian cucu Rasulullah SAW, Sayidina Husin sewaktu penahanan 200 pengikut dan dua ketua kumpulan ajaran itu di sebuah rumah kedai di Taman Sri Gombak, Batu Caves oleh Jabatan Agama Islam Selangor (Jais) pada 15 Disember lalu.

“Di Iran, pengikut Syiah yang mencederakan dirinya itu akan membunuh sekurang-kurangnya seorang ahli Sunni sebagai membalas dendam di atas kematian Sayidina Husin.

“Di Kedah, terdapat satu kes kematian membabitkan seorang aktivis Pas, Othman Talib yang didakwa terbunuh akibat pertembungan dua kumpulan yang berbeza fahaman politik pada pilihan raya kecil di Lubuk Merbau, Padang Terap 30 tahun lalu.

“Saya difahamkan tragedi itu juga disebabkan berlaku percanggahan fahaman agama antara dua pihak dan dikatakan terdapat unsur Syiah aliran Imamiyyah yang cuba diterapkan sewaktu pengebumian Allahyarham apabila jenazahnya dihantar bergilir-gilir oleh Pemuda Pas kawasan itu seraya melaungkan selawat yang diamalkannya,” katanya.

Abdul Aziz berkata, mengikut Enakmen Pentadbiran Perundangan Islam 1989, fahaman dan ajaran Syiah adalah menyeleweng daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah kerana wujud beberapa percanggahan dari sudut akidah dan syariah.

Menurutnya, antaranya adalah menyanjung sahabat Rasulullah, Sayidina Ali secara keterlaluan, menghalalkan nikah mutaah, menolak hadis yang diriwayatkan oleh Ahli Sunnah Wal Jamaah sekalipun hadis Mutawatir dan mengkafirkan sahabat Rasulullah.

“Penyelewengan dari sudut syariah pula adalah menolak ijmak ulama, qias dan mengamalkan nikah mutaah. Pengikut Syiah juga terlibat pelbagai penyelewengan umum seperti percaya ganjaran syurga jika menziarahi kubur Sayidina Husin.

“Selain itu, menyeksa diri dengan memukul badan menggunakan rantai sehingga berdarah sempena 10 Muharam, mengharuskan jamak sembahyang dalam semua keadaan dan tidak mewajibkan haji,” katanya.

Dr Abdul Aziz percaya ajaran Syiah yang memudahkan ibadat dan menghalalkan nikah mutaah menjadi punca tarikan umat Islam di negara ini untuk menjadi pengikutnya.

“Walaupun di negara ini terdapat satu fahaman lagi iaitu Wahabi yang turut menimbulkan kebimbangan umat Islam, ancamannya tidak begitu berbahaya sebagaimana ditimbulkan pengikut Syiah. “Penganut Syiah menganggap umat Islam yang bermazhab lain sebagai kafir dan halal darah mereka untuk dibunuh. Jika sesama umat Islam pun puak Syiah ini menghalalkan pembunuhan, cuba kita fikirkan apa pula kesan dan tindakan yang boleh puak-puak ini ambil untuk golongan yang bukan Islam,” katanya.

Sehubungan itu, Dr Abdul Aziz meminta pihak bertanggungjawab seperti jabatan agama dan Jawatankuasa Fatwa Negeri bertindak segera menghapuskan fahaman Syiah di samping membendung fahaman lain yang boleh merosakkan akidah umat Islam.

“Saya tidak menolak kemungkinan terdapat orang yang mempunyai kedudukan dan pangkat seperti ahli politik dan ketua jabatan yang melindungi aktiviti fahaman Syiah.  “Bagaimanapun, kewajiban untuk menentang sebarang usaha memecahbelahkan perpaduan dan akidah umat Islam perlu ditangani segera dan saya minta semua pihak bekerjasama ke arah itu,” katanya.  

MANUSIA.....

MANUSIA MUDAH LUPA !!!

Manusia mudah lupa yang Allah swt yang menciptakan manusia
Allah swt Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaannya

Manusia mudah lupa yang Allah swt itu Maha Bijaksana
Yang ditentukanNya mesti sesuai untuk setiap bangsa, tempat & zaman

Manusia mudah lupa yang Allah swt itu Maha Berkuasa
Allah swt sendiri akan memberi keamanan pada yang menurutnya

Manusia mudah lupa yang kita akan MATI !
Tapi setiap masa kita sedang mencabar ALLAH swt !

Manusia mudah lupa atau BUAT-BUAT LUPA ??
Jangan dah terlambat baru nak ingat

ADILNYA HUKUM HUDUD

PENERANGAN HUKUM HUDUD

SIRI AN-NAIM (28) 
Disusun oleh : Tuan Haji Daud B. Haji Muhammad, Ketua Penyelia Agama, Kelantan.
Terbitan : Jabatan Hal Ehwal Ugama Islam Kelantan.

HUKUMAN SEBAT DALAM ISLAM
Anggapan setengah masyarakat hari ini terhadap hukuman sebat yang terkandung dalam hukum dan perundangan Islam telah dipengaruhi oleh keadaan hukuman sebat yang dilaksanakan di penjara-penjara sekarang. Lebih-lebih lagi dari segi alat pemukul (rotan) cara-cara pukulan dan kesakitan yang dialami oleh penerimanya dan berbagai-bagai lagi. Dalam risalah yang kecil ini dijelaskan secara ringkas tentang hukuman sebat sebagaimana yang dikehendaki oleh ugama Islam terutamanya yang berhubung dengan alat sebat, cara-caranya dan anggota-anggota yang boleh dipukul (sebat). Hukuman sebat yang dikenakan sebagai siksaan bagi kesalahan jenayah yang menyentuh maruah, akal dan kehormatan :

(Mengikut Istilah Fuqaha') Ianya bertujuan diantara lainnya. : 
1. Supaya sesiapa yang menerima hukuman itu atau melihatnya akan menjauhi jenayah itu sejauh-jauhnya.
2. Membersihkan masyarakat dari perbuatan tabiat yang keji dan hina.
3. Mengamankan masyarakat dari bahaya dan ancaman penjenayah
4. Untuk menjadi contoh teladan yang paling berguna untuk mengatasi perbuatan-perbuatan jenayah. 


HUKUMAN SEBAT
Hukuman sebat itu terbahagi kepada dua bahagian :

1. Sebat dalam masalah hudud iaitu siksaan yang telah ditetapkan oleh Allah yang wajib dilaksanakan sebagai menunaikan hak dan perintah Allah Subhanahu wataala

2. Sebat dalam masalah Ta’zir iaitu kesalahan-kesalahan yang dikenakan dengan satu atau lebih daripada siksaan-siksaan ta’zir, selain daripada siksaan hudud, qisas, diat dan kafarat, dan erti ta’zir itu ialah denda yang menjadi pengajaran.Syarak tidak menetapkan sesuatu siksaan atau hukuman tertentu bagi kesalahan Ta’zir dan cukup serta memadai dengan menetapkan kumpulan hukuman dari serendah-rendahnya kepada seberat-beratnya dan sesudah itu diserahkan kepada pihak pemerintah untuk memilih dan menentukan mana-mana hukum-hukum yang sesuai mengikut suasana dan keadaan masalah itu sendiri.


JENIS-JENIS KESALAHAN HUDUD
Jenis-jenis kesalahan hudud yang telah ditetapkan hukuman sebat ialah : 

1. ZINA. 
Firman Allah swt, Maksudnya : Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat. 
(Surah An-Nur : 2) 

Yang dimaksudkan dengan penzina perempuan dan penzina lelaki yang dikenakan hukuman sebat seratus kali itu ialah khusus untuk penzina yang belum kahwin (Ghaira Muhsin) Ertinya yang belum merasai persetubuhan halal, iaitu dengan cara berkahwin, adapun penzina yang telah berkahwin (Muhsin) hukumnya ialah rejam. Ini adalah berdasarkan kepada hadis yang bermaksudnya : 

Seorang lelaki telah datang menemui Rasulullah SAW. semasa baginda berada di dalam masjid lalu beliau memanggil Rasulullah seraya berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah melakukan perbuatan zina, maka Rasulullah berpaling daripadanya sehingga diulang pengakuannya sebanyak empat kali. Maka apabila lelaki berkenaan telah membuat pengakuan ke atas dirinya sebanyak empat kali Rasulullah SAW. pun memanggilnya lalu bersabda : Adakah engkau gila ? Jawab lelaki itu : Tidak. Nabi bersabda lagi : Adakah engkau telah kahwin ? Jawab lelaki itu : Ya. Maka Nabi bersabda : Bawalah dia dan jalankan hukuman rejam. (Muttafaq 'Alaih)

2. QAZAF (MENUDUH ZINA) 
Firman Allah swt yang bermaksudnya : Orang-orang yang melemparkan tuduhan (zina) kepada perempuan yang terpelihara kehormatannya, kemudian mereka tidak membawakan empat orang saksi, maka sebatlah mereka delapan puluh kali sebat. 
(Surah An-Nur : 4)

Mengikut kaedah dalam perundangan Islam bahawa sesiapa yang menuduh seseorang dengan apa jua perbuatan yang haram, tertanggung ke atasnya (wajib) membuktikan kebenarannya. Dan jika gagal atau enggan hendaklah dikenakan siksaan. Melemparkan tuduhan zina ke atas seseorang adalah perbuatan yang menyentuh maruah dan kehormatan seseorang. Sangat berat untuk ditanggung oleh mana-mana orang yang tidak bersalah. Sangat banyak akibat yang timbul dari sesuatu tuduhan zina yang melulu ke atas seseorang. Perbuatan itu akan melahirkan kemarahan, persengketaan serta meruntuhkan rumahtangga dan masyarakat. Anak-anak yang lahir dari seseorang yang tertuduh zina akan menjadi mangsa. Kerukunan dan kebahagiaan suami isteri akan roboh dan hancur berkecai. Oleh itu amat wajar orang yang membuat tuduhan palsu itu dihukum sebat dengan lapan puluh kali sebat. 

Ertinya : Orang yang ketagihan arak itu adalah seperti penyembah berhala. Oleh kerana minum arak itu adalah dari perbuatan dan pekerjaan syaitan yang amat keji maka Rasulullah SAW telah menghukum ke atas peminum arak dengan empat puluh kali sebat sama ada peminum itu mabuk atau pun tidak.


KESALAHAN TA'ZIR
Firman Allah swt yang bermaksud : Dan perempuan-perempuan yang kamu bimbang melakukan perbuatan derhaka (nusyuz) hendaklah kamu menasihati mereka, dan (jika mereka berdegil) pulaukanlah mereka di tempat tidur, dan (kalau juga mereka masih degil) pukulah mereka (dengan pukulan ringan yang bertujuan mengajarnya). (Surah An-Nisa' : 34)

Ayat tersebut merupakan hujjah dan dalil bagi ahli-ahli perundangan Islam bahawa hukuman sebat boleh dikenakan ke atas kesalahan-kesalahn ta'zir dan sebat merupakan hukuman utama dalam kesalahan-kesalahan ta'zir yang serius untuk memberi pengajaran yang tepat dan berkesan kepada penjenayah-penjenayah yang merbahaya yang sudah sebati dengan kesalahan-kesalahan itu. Keistimewaan hukuman ini ianya tidak membebankan pihak berkuasa (kerajaan) dan tidak menghalang pesalah sesudah menjalani hukuman dari berusaha menjalankan pekerjaan dan sebagainya dan tidak pula terpaksa meninggal dan membiarkan ahli keluarganya menempuh berbagai-bagi kesusahan dan keperitan hidup mencari nafkah dan sebagainya seperti mana dalam kes hukuman penjara kerana hukuman sebat dilaksanakan serta-merta setelah disabitkan kesalahannya dan sesudah itu dibebaskannya untuk membolehkan meraka menjalani kehidupan biasa bersama-sama keluarganya.


KADAR HUKUMAN SEBAT
Ulamak Syafie berpendapat bahawa hukuman sebat dalam kesalahan ta'zir tidak boleh melebihi sekurang-kurang hukuman hudud. Ertinya hukuman ta'zir dengan rotan 'Sebat' ke atas seseorang pesalah hendaklah kurang daripada empat puluh kali sebat.

Sabda yang bermaksud : Sesiapa yang melebihi had 'Sekatan' dalam kesalahan bukan hudud maka ianya termasuk bersama-sama golongan orang yang melampaui batas.

ALAT SEBAT
Alat sebat tidaklah dalam satu jenis dan satu bentuk sahaja sebat bolehlah dijalankan dengan menggunakan rotan atau pelepah tamar atau ranting kayu ataupun hujung kain bahawa untuk menyebat peminum arak maka sudah cukup dan tercapai maksudnya dengan menggunakan hujung kain atau pelepah tamar. Sekiranya digunakan rotan dan sebagainya maka itu hendaklah sederhana ukurannya jangan terlalu muda atau terlalu tua dan tidak yang berbuku-buku atau pecah-pecah atau seumpamanya supaya tidak boleh mencederakan atau menyebabkan luka parah ke atas pesalah. Ini kerana tujuan yang sebenar hukuman sebat bukan hendak membinasakan pesalah tetapi bertujuan mencegah dan melarang serta memberi pengajaran kepadanya.

Diriwayatkan oleh Malik dari Zaid bin Aslam katanya, seorang lelaki telah mengaku berzina di zaman Rasulullah SAW maka Rasulullah meminta sebatang tongkat untuk disebat lelaki itu, apabila tongkat yang dikehendaki dikemukakan kepada baginda Rasulullah SAW. didapati tongkat itu pecah-pecah, lalu baginda minta tongkat yang lain, apabila tongkat yang kedua dibawa kepadanya didapati pula tongkat itu daripada dahan kayu yang baru dipotong, Rasulullah SAW menolaknya lagi dan meminta tongkat yang sangat sederhana yang tidak keras, Rasulullah SAW menerimanya dan memerintahkan supaya disebat dengannya. 


CARA MELAKSANAKAN SEBAT
Ketika melaksanakan hukuman sebat hendaklah dengan cara sebatan yang sederhana. Orang yang menyebat tidak boleh mengangkat tangannya sehingga ke paras kepalanya atau dengan lain perkatan ia tidak boleh mengangkat tinggi tangannya sehingga nampak putih ketiaknya dan disebat berturut-turut supaya sampai kepada matlamat dan tujuannya.


ANGGOTA-ANGGOTA YANG BOLEH DIPUKUL
Pukulan hendaklah diatur supaya kena merata-merata anggota tubuh badan pesalah itu kecuali muka, kepala dan dada ditegah sama sekali memukulnya dan tidaklah boleh disebat hanya setempat sahaja.


KEADAAN PESALAH
Ketika menjalani hukuman, pesalah lelaki dikehendaki berdiri manakala pesalah perempuan dalam keadaan duduk dan tidak boleh dilucutkan pakaian biasa mereka yang menutup aurat seperti baju, seluar, kain sarung dan sebagainya. Dikecualikan pakaian-pakain yang tebal atau beralas yang boleh menghalang dari rasa sakit yang menjadi matlamat utama dan terpenting dalam hukuman sebat dan jika mereka berpakaian demikian “tebal” hendaklah diganti dengan pakaian yang nipis 'sederhana'.


PESALAH MENGANDUNG
Dan jika pesalah mengandung hendaklah ditunggu sehingga melahirkan anak sama ada anak kandungan itu dari perbuatan zina atau tidak dan sembuh dari sakit beranak serta suci dari darah nifas dan tenaganya sudah pulih. Ini berdasarkan kepada hadis yang bermaksud : Dari Sayyidina Ali RA bahawa beliau berkata : Bahawa seorang Amah 'Hamba' Rasulullah SAW telah berzina maka Rasulullah SAW telah mengarahkan kepadaku supaya aku jalankan hukuman sebat ke atasnya sedangkan ianya masih baru melahirkan anak, maka aku bimbang jika aku jalankan sebat ke atasnya akan membunuhnya, lalu aku beritahu keadaan itu kepada Rasulullah SAW , maka sabda Rasulullah "Biarlah dahulu dia sehingga sembuh dari sakit beranaknya kemudian boleh sesudah itu kamu jalankan hukuman ke atasnya". 


PESALAH SAKIT
Jika didapati pesalah dalam keadaan sakit dan penyakitnya ada harapan untuk sembuh maka hendaklah ditunggu sehingga dia betul-betul sembuh kerana jika dijalankan juga semasa pesalah itu sedang sakit akan bertambah berat penyakitnya dan mungkin boleh membinasakannya. Sebaliknya jika penyakitnya tidak ada harapan langsung untuk sembuh bolehlah dijalankan hukuman sebat serta-merta tanpa menunggu dan membuang masa lagi tetapi dengan satu syarat, bahawa rotan yang digunakan tidak akan membinasakannya. Oleh itu hendaklah menggunakan ranting kayu atau rotan yang kecil atau pun pelepah tamar yang kecil dan jika ukuran ini juga dibimbang akan membawa maut kepadanya maka bolehlah dikumpulkan seratus ranting kayu atau seumpamanya dan diikat dalam satu ikatan dan disebat dengannya satu kali. Cara begini pernah disuruh oleh Rasulullah SAW supaya dilakukan ke atas seseorang lelaki yang berzina yang sakit berat tidak mempunyai harapan untuk sembuh.

Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. pernah menyuruh supaya dijalankan hukuman sebat ke atas seorang lelaki yang sedang sakit merana dengan satu pukulan dengan seratus mayang tamar yang diikat 'seikat' kerana lelaki itu telah melakukan perbuatan zina. 

Ini kerana pesalah yang sakit merana tidak mempunyai harapan untuk sembuh sama ada dibiarkan tanpa dijalankan hukuman sebat kerana penyakitnya atau dilaksanakan sepenuhnya, maka sudah pasti jika dilaksanakan sepenuhnya akan membawa maut kepadanya dan di dalam keadaan begini diambil jalan, tengah iaitu disebat satu kali dengan seratus mayang tamar seumpamanya yang diikat dengan satu ikatan sahaja.

Firman Allah yang bermaksud : Dan ambillah dengan tanganmu seikat jerami kemudian pukulah dengannya dan janganlah engkau menyalahi sumpahmu itu. (Surah Sod : 44) 

Dengan cara yang demikian adalah lebih baik dari biarkan tanpa menjalani hukuman atau dibunuh pesalah yang sakit yang tidak sampai kepada hukuman yang wajib dibunuh. 


PELAKSANAAN HUKUMAN SEBAT DIHENTI ?
Hukuman sebat dihenti dan tidak boleh dilaksanakan apabila timbul dan berbangkit sesuatu yang boleh menggugurkan hukuman hudud iaitu :

1. Apabila pesalah menarik balik pengakuannya sebelum dilaksanakan hukuman jika hukuman sebat kerana zina dijatuhkan berikutan pengakuannya samada pengakuannya itu dibuat secara langsung atau tidak.

2. Apabila saksi-saksi mengubah pendirian dan menarik balik kesaksian mereka sebelum dilaksanakan hukuman samada secara beramai-ramai atau sebahagian darinya sekiranya bilangan saksi yang tinggal kurang dari empat orang.


MASA DAN TEMPAT MELAKSANAKAN HUKUMAN
Tidak boleh dijalankan hukuman sebat dalam masa dan keadaan cuaca yang sangat panas atau terlalu sejuk jika dibimbang boleh membawa kebinasaan kepada pesalah dan bagi kesalahan hudud adalah dikehendaki supaya dijalankan hukuman sebat di hadapan orang-orang mukmin.

Firman Allah swt yang bermaksud : Dan hendaklah pelaksaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (Surah An-Nur : 2) 

Yang dimaksudkan dengan sekumpulan itu mengikut pendapat Mujahid 'Seorang lelaki dan ke atasnya sehingga sampai kepada seribu orang'. Manakala Ibnu Zaid pula berkata "Bahawa tak dapat tidak mesti dihadiri sekurang-kurangnya oleh empat orang dari kalangan orang-orang yang beriman sebagai qias dengan empat orang saksi dalam kes zina". Dan pendapat Ibnu Zaid ini adalah selaras dan sama dengan pendapat Imam Malik dan Imam Syafie.

Akhirnya dengan terlaksana hukuman sebat tercapailah kebaikan dan kepentingan umum (orang ramai) kerana Islam memandang kebaikan dan muslahat orang ramai itu lebih utama dari maslahat perseorangan dan dengan itu juga terhindarlah kerosakan, keruntuhan moral dan sebagainya dan seterusnya tercapailah kemuliaan dan kebahagian serta sentiasa mendapat Inayah, rahmat dan pertolongan Allah. 
Amin.


 ARTIKEL INI ADALAH SISIPAN YANG DIEDIT, NAMUN SAYA TIDAK MENGUBAH WALAU SEPATAH AYAT YANG TELAH DIKARANG OLEH PENULIS ASAL ARTIKEL INI...


BERSAMA-SAMALAH KITA MENILAI ADAKAH HUKUM HUDUD INI SESUAI UNTUK DILAKSANAKAN DI NEGARA KITA YANG TERCINTA INI..,SAMA-SAMALAH KITA FIKIRKAN..JANGAN DAH TERHANTUK BARU NAK TERSEDAR...